Kisah Lelaki yang Tahu Diri

Pada sebuah sapa yang mengiba,
seorang lelaki mengulurkan kedua tangannya.

Pada sesungging senyum yang pilu,
lelaki itu urung untuk segera berlalu.

Pada seraut wajah yang berpeluh,
lelaki tadi serta merta luluh.

Pada serangkai kisah yang pedih,
si lelaki, turut bersedih.

Lalu ketika hari mulai menua, hujan tak kunjung reda, sunyi dan sepi merajalela, ia kebingungan mencari hatinya yang tak lagi ada di rongga dada: entah terjatuh tanpa sadar, atau dicuri tanpa setahunya, dan ketika hari terlahir kembali, mentari menari-nari, dunia bangkit dari mati suri, ia masih terjaga: entah karena gelas kopi kesekian atau pergulatan antara ya, jangan, benar, tidak mungkin, dan bukan di dalam kepala.

Pada sesosok tubuh yang lelah,
si lelaki harus berkilah.

Pada setetes air mata yang bening
lelaki tadi membuang kata, mencipta hening.

Pada sekilas tatapan sendu,
lelaki itu menepis benih-benih rindu.

Pada sebuah rasa yang menggelora
seorang lelaki, tak mampu bicara.

Yogyakarta, 2 Januari, 2023